WISATA SEJARAH
GUA JEPANG-KALIGUA
GUA JEPANG-KALIGUA
Sejarah merupakan sesuatu yang terjadi di masa
lampau. Sebuah pepatah mengatakan “Suatu Bangsa Yang Maju, Adalah Bangsa
Yang Mengingat Sejarahnya”. Oleh karena itu kita sebagai warga negara
Indonesia, harus tahu tentang sejarah bangsa yang terjadi berabad-abad silam.
Seperti kita ketahui, bahwa Indonesia merupakan negara bekas jajahan Belanda,
Jepang, dan Portugis. Waktu yang terjadipun tidak sebentar, melaiknan
berates-ratus tahun lamanya. Kini sejarahpun telah terukir, dan masa penjajahan
tersebut telah berlalu berapa dekade yang lalu. Perjuangan para pahlawan
bangsa, perlu kita kenang dan kita pertahankan demi berdirinya NKRI yang
sesungguhnya. Pengorbanan harta, jiwa, bahkan nyawa telah pahlawan korbankan
demi berdirinya negeri yang kita cintai ini. Perlu kita ketahui bahwa yang
dapat kita lakukan adalah terus mempertahankan dan menjaga kehormatan bangsa
ini, cara yang dapat kita lakukan adalah terus melakukan hal yang terbaik
menurut proporsi dan tugas masing-masing.
Peninggalan sejarah masalalu sangatlah banyak,
terutama tempat-tempat bersejarah yang dahulu digunakan sebagai pusat kegiata
para penjajah. Selan digunakan sebagai pusat kegiatan, berbagai tempatpun
digunakan sebagai tempat persembunyian, penyusunan
strategi, pertambangan, hingga lahan yang subur penghasil pangan. Tempat-tempat
tersebut kini menjadi saksi bisu kejadian dan pengorbanan sepenggal sejarah
masa lalu. Kejadian pahit, manis, dramatis hingga peristiwa penting lainnya
menjadi faktor utama keberadaaan tempat tempat tersebut. Bangunan dan
tempat-tempat bersejarah tersebut tersebar di berbagai daerah, dengan tujuan,
bentuk, dan keunikan masing masing yang tentunya berbeda satu samalain. Sebagai contoh, di Indonesia banyak terdapat
berbagai Gua peninggalan masa penjajahan belanda dan Jepang yang tersebar di
beberapa pedesaan di berbagai pelosok negeri. Salahsatu gua peninggalan
penjajahan Jepang adalah Gua Jepang Kaligua yang terdapat di daerah perkebunan
teh, Desa Pandansari,
Kecamatan
Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Pintu Masuk Gua Jepang Kaligua
Deskripsi
Goa jepang kaligua merupakan salahsatu Gua peninggalan
jepang selama masa penjajahan. Gua tersebut dibangun saat pendudukan tentara
jepang di Indonesia pada tahun 1942. Menurut keterangan masyarakat sekitar, Gua
Jepang tersebut dibangun oleh masyarakat
sekitar Pandansari dengan sistem kerja paksa (romusha). Gua jepang tersebut
digunakan sebagai tempat pertahanan tentara jepang saat menduduki daerah Jawa,
terutama saat menghadapi tentara Siliwangi. Perlawanan dari berbagai daerahpun
melatarbelakangi berdirinya Gua tersebut. Pada akhirnya seluruh tentara jepang
meninggalkan Gua tersebut setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia Oleh Ir. Soekarno pada tahun 1945 di Jakarta.
Setelah beberapa tahun dtinggalkan oleh
tentara jepang, Gua tidak pernah dijama lagi oleh manusia, dan dibiarkan begitu
saja. Kemudian pada tahun 1980-an gua tersebut dimasuki oleh masyarakat sekitar
untuk mencari barang-barang yang tidak sempat diambil oleh tentara jepang,
karena pada saat Jepang pergi dilakukan secara mendadak dan tidak ada
persiapan, sehingga banyak barang-barang yang ditinggal begitu saja. Barang
yang ditemukan antaralain : mesin tik, alat tulis, peralatnan makan dan
beberapa barang yang digunakan untuk menyiksa masyarakat (romusha). Benda
tersebut tidak dimuseumkan, namun beberpa dimiliki oleh masyarakat yang
menemukan. Pada tahun 1995 Gua Jepang tersebut dibuka untuk umum. Kemudian pada
tahun 1997-sekarang, Gua jepang tersebut menjadi tempat wisata sebagai
peninggalan sejarah yang dilestarikan, dirawat, dan dijaga oleh seluruh
masyarakat, yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Kaligua, Desa Pandansari, Kecamatan
Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Tujuan
Pendirian gua Jepang tersebut merupakan tempat
pertahanan terhadap masyarakat seperti tentara Siliwangi, pada akhir pendudukan
tentara jepang di Indonesia. Tenaga kerja yang digunakan adalah masyarakat
sekitar yang terdiri atas kaum laki-laki, sedangkan wanita dijadikan sebagai
penghibur bagi tentara Jepang. Tidak diketahui secara pasti berapa banyak
masyarakat yang membangun gua tersebut, namun dari keterangan masyarakat, bahwa
korban tewas dalam pembuatan gua tersebut tidaklah sedikit. Gua jepang tersebut
hanya digunakan selama sekitar 3 tahun, sebelun Nagasaki dan Hirosima
dihanguskan. Rencana awal pembuatan Gua tersebut untuk basis pertahanan
terhadap masyarakat khususnya di Brebes. Namun setelah Jepang diserang Oleh
Sekutu, akhirnya gua tersebut digunakan sebagai tempat sementara sebelum
akhirnya mereka kembali ke Jepang.
Konstruksi
Lokasi Gua tersebut berada di daerah bukit
yang ditanami teh yang memiliki ketinggian 1.500 -
2.050 m dpl dan Suhu antara 8o – 28o C. kemudian
kedalaman Gua tersebut sekitar 30 m diatas permukaan bukit. Akan tetapi dengan
jarak seperti itu, rembesan air tetap saja terjadi, sehingga pada beberapa
ruangan, terjadi genangan air dan Gua cenderung menjadi becek. Kondisi lantai
dan dinding seluruhnya berbahan tanah yang masih alami, hanya beberapa ruangan
telah direnovasi dengan penambahan semen yang bertujuan untuk mengurangi
rembesan air dari bukit. Zaman dahulu pencahayaan dilakukan dengan menggunakan
sinar dari obor yang dipasing di dinding sepanjang lorong Gua. Namun sekarang
pencahayaan telah dirubah menggunakan cahaya lampu yang bersumber dari listrik
tenaga air, bersumber dari air di bukit
tersebut. Pembangkit listrik tenaga air tersebut mampu mencukupi kebutuhan
untuk menerangi seluruh ruangan dalam Gua, dan mampu menggantikan genset yang
sebelumnya digunakan. Tinggi gua sekitar 2m dan dibeberapa ruangan dapat
mencapai 3 m. namun pada bagian depan pintu Gua ketinggian relative rendah,
yaitu sekitar 1,5 m yang bertujuan untuk mempersulit ketika masuk atau keluar
gua tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai tempat persembunyian. Namun
sekaran ketinggian telah ditambah menjadi sekitar 3m, yang bertujuan untuk
mempermudah akses keluar masuk para wisatawan.
Denah Gua Jepang Kaligua
Gua tersebut terdiri atas beberapa
ruangan, antaralain : ruang pusat komando, ruang tahanan, ruang sidang, ruang
dapur, ruang senjata, ruang meditasi, ruang klalawar, dan ruang
pembantaian/penyiksaan. Seluruh ruangan tersebut memiliki ukuran dan konstruksi
yang berbeda. Hal tersebut disesuaikan dengan fungsi dan tujuan ruang itu
masing-masing. Ruang pusat komando berfungsi sebagai tempat berkumpulnya dan
tempat pemimpi pasukan merencanakan strategi, ukurannya relative besar dan tersembunyi.
Ruang tahanan berfungsi untuk tempat penahanan masyarakat atau masyarakat yang
melawan, berukuran relative kecil, gelap dan banyak bebatuan besar. Ruang
siding berfungsi sebagai tempat tentara jepang melakukan koordinasi dan
pemutusan suatu perkara, berukuran relative besar dan mampu ditempati banyak
orang serta memiliki dua buah pintu. Ruang dapur berukuran kecil namun cukup
tinggi, berfungsi untuk membuat persediaan pangan untuk tentara Jepang. Ruang
senjata berukuran kecil namun tinggi dan memiliki satu pintu utama. Ruang
meditasi dikhususkan untuk meditasi tentara, berukuran cukup luas dengan
ketinggian rendah beralaskan kayu yang kini telah diganti dengan keramik. Ruang kelalawar dibuat agar kelalawar
bersarang di ruang tersebut dan tidak mengganggu ruang lainnya, memiliki
permukaan yang cukup tinggi dan terdapat di daerah paling ujung. Kini ruangan
kelalawar tidak dibuka untuk umum dengan alasan kebersiahan dan keamanan. Dan
yang terakhir adalah ruang pembantaian/penyiksaan, memiliki panajang yang cukup
serta permukaannya tinggi, kemudian pada samping kiri dan kanan terdapat bak
air yang berguna untuk menyiksa romusha, kini ruang tersebut telah direnovasi
guna menghilangkan efek negative didalamnya, sebab pada ruang tersebut masih
memiliki kejadian magis yang sering ditemui oleh masyarakat.
Ruang Meditasi
Renungan
Gua Jepang Kaligua hanyalah satu dari begitu
banyak bangunan bersejarah negeri ini. Nenek moyang kita yang dahulu telah
berkorban, kini telah menuai hasil yang kita sekarang rasakan. Perlu
pengorbanan yang besar untuk merahinya, bukan hanya dengan nyawa, tapi juga
dengan cinta. Dengan semangat dan pengorbanan yang begitu besar,
bangunan-bangunan tersebutlah yang menjadi saksi bisu betapa hebatnya
perjuangan para pahlawan bangsa ini. Bangunan dan tempat bersejarah dapat
menginspirasi kita, bahwa begitu besar pengorbanan yang telah dilakukan oleh
leluhur pejuang bangsa ini. Tak terhitung berapa banyak harta, jiwa, raga,
bahkan nyawa yang dipertaruhkan demi berdirinya negeri tercinta ini. Begitu
hebatanya bangsa ini dan begitu bangganya bangsa yang besar ini.
Kebun Teh Sekitar Gua Jepang Kaligua
Kita selaku generasi penerus, tidaklah begitu
besar pengorbanan yang kita lakukan jika dibandingkan dengan para pejuang
terdahulu. Yang dapat kita lakukan sekarang ini adalah terus berusaha dan
belajar, sehingga bangsa ini tetap menjadi bangsa yang hebat dan terhormat.
Bangunan-bangunan bersejarah sebagai saksi hidup hanya bisa terdiam dan
membisu. Puing-puing reruntuhan sisa sejarah mungkin masih ada, namun semangat
kebangsaan dari dulu hingga sekarang tidak akan pernah runtuh secuilpun.
Goresan tinta akan diukirkan sebagai
pelengkap indahnya sejarah negeri ini. Untaian kata akan banyak tercipta
sebagai wujud kecintaan terhadap negeri ini, dan pada akhirnya kita akan
kembali ke tanah. Tanah air tercinta ini. Tanah Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar