Kamis, 03 Januari 2013

Hasil Touring Kaligua-Bumiayu



WISATA SEJARAH
GUA JEPANG-KALIGUA

Sejarah merupakan sesuatu yang terjadi di masa lampau. Sebuah pepatah mengatakan “Suatu Bangsa Yang Maju, Adalah Bangsa Yang Mengingat Sejarahnya”. Oleh karena itu kita sebagai warga negara Indonesia, harus tahu tentang sejarah bangsa yang terjadi berabad-abad silam. Seperti kita ketahui, bahwa Indonesia merupakan negara bekas jajahan Belanda, Jepang, dan Portugis. Waktu yang terjadipun tidak sebentar, melaiknan berates-ratus tahun lamanya. Kini sejarahpun telah terukir, dan masa penjajahan tersebut telah berlalu berapa dekade yang lalu. Perjuangan para pahlawan bangsa, perlu kita kenang dan kita pertahankan demi berdirinya NKRI yang sesungguhnya. Pengorbanan harta, jiwa, bahkan nyawa telah pahlawan korbankan demi berdirinya negeri yang kita cintai ini. Perlu kita ketahui bahwa yang dapat kita lakukan adalah terus mempertahankan dan menjaga kehormatan bangsa ini, cara yang dapat kita lakukan adalah terus melakukan hal yang terbaik menurut proporsi dan tugas masing-masing.
Peninggalan sejarah masalalu sangatlah banyak, terutama tempat-tempat bersejarah yang dahulu digunakan sebagai pusat kegiata para penjajah. Selan digunakan sebagai pusat kegiatan, berbagai tempatpun digunakan sebagai tempat persembunyian,  penyusunan strategi, pertambangan, hingga lahan yang subur penghasil pangan. Tempat-tempat tersebut kini menjadi saksi bisu kejadian dan pengorbanan sepenggal sejarah masa lalu. Kejadian pahit, manis, dramatis hingga peristiwa penting lainnya menjadi faktor utama keberadaaan tempat tempat tersebut. Bangunan dan tempat-tempat bersejarah tersebut tersebar di berbagai daerah, dengan tujuan, bentuk, dan keunikan masing masing yang tentunya berbeda satu samalain.  Sebagai contoh, di Indonesia banyak terdapat berbagai Gua peninggalan masa penjajahan belanda dan Jepang yang tersebar di beberapa pedesaan di berbagai pelosok negeri. Salahsatu gua peninggalan penjajahan Jepang adalah Gua Jepang Kaligua yang terdapat di daerah perkebunan teh, Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.


Pintu Masuk Gua Jepang Kaligua
Deskripsi
Goa jepang kaligua merupakan salahsatu Gua peninggalan jepang selama masa penjajahan. Gua tersebut dibangun saat pendudukan tentara jepang di Indonesia pada tahun 1942. Menurut keterangan masyarakat sekitar, Gua Jepang  tersebut dibangun oleh masyarakat sekitar Pandansari dengan sistem kerja paksa (romusha). Gua jepang tersebut digunakan sebagai tempat pertahanan tentara jepang saat menduduki daerah Jawa, terutama saat menghadapi tentara Siliwangi. Perlawanan dari berbagai daerahpun melatarbelakangi berdirinya Gua tersebut. Pada akhirnya seluruh tentara jepang meninggalkan Gua tersebut setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Oleh Ir. Soekarno pada tahun 1945 di Jakarta.
Setelah beberapa tahun dtinggalkan oleh tentara jepang, Gua tidak pernah dijama lagi oleh manusia, dan dibiarkan begitu saja. Kemudian pada tahun 1980-an gua tersebut dimasuki oleh masyarakat sekitar untuk mencari barang-barang yang tidak sempat diambil oleh tentara jepang, karena pada saat Jepang pergi dilakukan secara mendadak dan tidak ada persiapan, sehingga banyak barang-barang yang ditinggal begitu saja. Barang yang ditemukan antaralain : mesin tik, alat tulis, peralatnan makan dan beberapa barang yang digunakan untuk menyiksa masyarakat (romusha). Benda tersebut tidak dimuseumkan, namun beberpa dimiliki oleh masyarakat yang menemukan. Pada tahun 1995 Gua Jepang tersebut dibuka untuk umum. Kemudian pada tahun 1997-sekarang, Gua jepang tersebut menjadi tempat wisata sebagai peninggalan sejarah yang dilestarikan, dirawat, dan dijaga oleh seluruh masyarakat, yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Kaligua, Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Tujuan
Pendirian gua Jepang tersebut merupakan tempat pertahanan terhadap masyarakat seperti tentara Siliwangi, pada akhir pendudukan tentara jepang di Indonesia. Tenaga kerja yang digunakan adalah masyarakat sekitar yang terdiri atas kaum laki-laki, sedangkan wanita dijadikan sebagai penghibur bagi tentara Jepang. Tidak diketahui secara pasti berapa banyak masyarakat yang membangun gua tersebut, namun dari keterangan masyarakat, bahwa korban tewas dalam pembuatan gua tersebut tidaklah sedikit. Gua jepang tersebut hanya digunakan selama sekitar 3 tahun, sebelun Nagasaki dan Hirosima dihanguskan. Rencana awal pembuatan Gua tersebut untuk basis pertahanan terhadap masyarakat khususnya di Brebes. Namun setelah Jepang diserang Oleh Sekutu, akhirnya gua tersebut digunakan sebagai tempat sementara sebelum akhirnya mereka kembali ke Jepang.
Konstruksi
Lokasi Gua tersebut berada di daerah bukit yang ditanami teh yang memiliki ketinggian 1.500 - 2.050 m dpl dan Suhu antara 8o – 28o C. kemudian kedalaman Gua tersebut sekitar 30 m diatas permukaan bukit. Akan tetapi dengan jarak seperti itu, rembesan air tetap saja terjadi, sehingga pada beberapa ruangan, terjadi genangan air dan Gua cenderung menjadi becek. Kondisi lantai dan dinding seluruhnya berbahan tanah yang masih alami, hanya beberapa ruangan telah direnovasi dengan penambahan semen yang bertujuan untuk mengurangi rembesan air dari bukit. Zaman dahulu pencahayaan dilakukan dengan menggunakan sinar dari obor yang dipasing di dinding sepanjang lorong Gua. Namun sekarang pencahayaan telah dirubah menggunakan cahaya lampu yang bersumber dari listrik tenaga air,  bersumber dari air di bukit tersebut. Pembangkit listrik tenaga air tersebut mampu mencukupi kebutuhan untuk menerangi seluruh ruangan dalam Gua, dan mampu menggantikan genset yang sebelumnya digunakan. Tinggi gua sekitar 2m dan dibeberapa ruangan dapat mencapai 3 m. namun pada bagian depan pintu Gua ketinggian relative rendah, yaitu sekitar 1,5 m yang bertujuan untuk mempersulit ketika masuk atau keluar gua tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai tempat persembunyian. Namun sekaran ketinggian telah ditambah menjadi sekitar 3m, yang bertujuan untuk mempermudah akses keluar masuk para wisatawan.

Denah Gua Jepang Kaligua
Gua tersebut terdiri atas beberapa ruangan, antaralain : ruang pusat komando, ruang tahanan, ruang sidang, ruang dapur, ruang senjata, ruang meditasi, ruang klalawar, dan ruang pembantaian/penyiksaan. Seluruh ruangan tersebut memiliki ukuran dan konstruksi yang berbeda. Hal tersebut disesuaikan dengan fungsi dan tujuan ruang itu masing-masing. Ruang pusat komando berfungsi sebagai tempat berkumpulnya dan tempat pemimpi pasukan merencanakan strategi, ukurannya relative besar dan tersembunyi. Ruang tahanan berfungsi untuk tempat penahanan masyarakat atau masyarakat yang melawan, berukuran relative kecil, gelap dan banyak bebatuan besar. Ruang siding berfungsi sebagai tempat tentara jepang melakukan koordinasi dan pemutusan suatu perkara, berukuran relative besar dan mampu ditempati banyak orang serta memiliki dua buah pintu. Ruang dapur berukuran kecil namun cukup tinggi, berfungsi untuk membuat persediaan pangan untuk tentara Jepang. Ruang senjata berukuran kecil namun tinggi dan memiliki satu pintu utama. Ruang meditasi dikhususkan untuk meditasi tentara, berukuran cukup luas dengan ketinggian rendah beralaskan kayu yang kini telah diganti dengan keramik.  Ruang kelalawar dibuat agar kelalawar bersarang di ruang tersebut dan tidak mengganggu ruang lainnya, memiliki permukaan yang cukup tinggi dan terdapat di daerah paling ujung. Kini ruangan kelalawar tidak dibuka untuk umum dengan alasan kebersiahan dan keamanan. Dan yang terakhir adalah ruang pembantaian/penyiksaan, memiliki panajang yang cukup serta permukaannya tinggi, kemudian pada samping kiri dan kanan terdapat bak air yang berguna untuk menyiksa romusha, kini ruang tersebut telah direnovasi guna menghilangkan efek negative didalamnya, sebab pada ruang tersebut masih memiliki kejadian magis yang sering ditemui oleh masyarakat.

Ruang Meditasi
Renungan
Gua Jepang Kaligua hanyalah satu dari begitu banyak bangunan bersejarah negeri ini. Nenek moyang kita yang dahulu telah berkorban, kini telah menuai hasil yang kita sekarang rasakan. Perlu pengorbanan yang besar untuk merahinya, bukan hanya dengan nyawa, tapi juga dengan cinta. Dengan semangat dan pengorbanan yang begitu besar, bangunan-bangunan tersebutlah yang menjadi saksi bisu betapa hebatnya perjuangan para pahlawan bangsa ini. Bangunan dan tempat bersejarah dapat menginspirasi kita, bahwa begitu besar pengorbanan yang telah dilakukan oleh leluhur pejuang bangsa ini. Tak terhitung berapa banyak harta, jiwa, raga, bahkan nyawa yang dipertaruhkan demi berdirinya negeri tercinta ini. Begitu hebatanya bangsa ini dan begitu bangganya bangsa yang besar ini.

Kebun Teh Sekitar Gua Jepang Kaligua
Kita selaku generasi penerus, tidaklah begitu besar pengorbanan yang kita lakukan jika dibandingkan dengan para pejuang terdahulu. Yang dapat kita lakukan sekarang ini adalah terus berusaha dan belajar, sehingga bangsa ini tetap menjadi bangsa yang hebat dan terhormat. Bangunan-bangunan bersejarah sebagai saksi hidup hanya bisa terdiam dan membisu. Puing-puing reruntuhan sisa sejarah mungkin masih ada, namun semangat kebangsaan dari dulu hingga sekarang tidak akan pernah runtuh secuilpun. Goresan tinta akan diukirkan  sebagai pelengkap indahnya sejarah negeri ini. Untaian kata akan banyak tercipta sebagai wujud kecintaan terhadap negeri ini, dan pada akhirnya kita akan kembali ke tanah. Tanah air tercinta ini. Tanah Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar