Sabtu, 23 Juni 2012


 
PENYEBAB TINGGINYA ANGKA MORTALITAS 
PADA ANAK KELINCI UMUR 1 – 7 HARI



Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada makhluk hidup. Mortalitas pada ternak merupakan hal yang biasa terjadi dan hsl yang perlu ditanggulangi oleh peternak. Pada ternak yang baru lahir merupakan moment yang paling rentan terjadinya kematian. Oleh karena itu pada fase awal kelahiran, ternak harus dijaga dan dipelihara dengan sangat teliti. Selain pada hewan ternak, mortalitas juga dialami oleh semua benda yang hidup. Contohnya ialah spermatozoa, pada spermatozoa mortalitas juga merupakan hal yang sangat riskan terjadi. Pada unggas ( ayam broiler ) mortalitas terjadi di semua fase, baik itu fase stater, grower dan finisher. Sehingga peran peternak sangatlah diperlukan guna mencegah tingginya mortalitas ayam. Pada umumnya mortalitas paling tinggi terjadi pada fase awal kelahiran, hal tersebut dikarenakan pada awal masa kelahiran, ternak cenderung lemah dan memiliki imunitas yang sangat rendah, sehingga peran induk sangat penting, dan dari pihak peternak pun harus memperhatikan dengan baik dan benar. Penyebab tingginya mortalitas pada bebagai ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor internal maupun faktor lingkungan. Faktor yang paling bepengaruh antaralain : kualitas indukan ( mother abillty ), penyakit, dan lingkungan  ( suhu/temperatur, kelembaban, dan sirkulasi udara ). Faktor tersebutlah yang berperan terhadap tingginya angka mortalitas pada ternak.
                Pada kelinci fase yang sangat riskan ialah pada fase laktasi, yaitu anak kelinci baru lahir sampai umur 2 bulan. Pada fase tersebut kelinci sangat sensitif dan rentan mati. Pada awal kelahiran, mortalitas dapat mencapai angka 100%. Hal tersebut tentunya merugikan peternak, sehingga perlu suatu solusi untuk mengatasi hal tersebut, namun sebelum menanggulanginya perlu pemahaman mengenai faktor yang mempengaruhi mortalitas anak kelinci tersebut. Beberapa faktor yang membuat tingginya angka mortalitas anak kelinci, antaralain :
      1.       Faktor internal
a.       Mother ability
Mother ability merupakan suatu sifat induk yang menunjukan sifat keibuan dalam merawat sang anak. Dikatakan mother ability sebab hal tersebut tidak selalu dimiliki oleh semua indukan kelinci. Terkadang induk yang telah beranak tidak memperdulikan anaknya tersbut, sehingga anaknya yang baru lahir cepat mati. Selain itu jika seekor indukan memiliki sifat mother abilty yang jelek, anaknya akan terlantar, sehingga perlu juga pengawasan dari sang peternak guna mempertahankan anak yang diterlantarkan oleh induknya. Mother ability biasanya merupakan faktor bawaan yang berasal dari induk itu sendiri dan upaya mengatasi tersebut hanya berupa pencegahan saja. Contohnya ialah optimalisasi pakan induk, dan sarana pendukung untuk induk ( sarang beranak ). Sehingga induk akan terlatih untuk menjaga dan merawat anaknya.
Pada kelinci, mother ability dapat diukur dan diketahui dengan melihat berbagai indikator, salah satu patokannya ialah bulu yang terdapat dalam sarang, sebab ketika kelinci akan beranak, induk tersbut akan moulting ( merontokan bulu ) guna melindungi anak yang telah dilahirkannya. Apabila didalam box/sarang terdapat banyak bulu, maka kemungkinan besar kelinci tersebut memiliki mother ability yang baik. Selain itu juga dapat dilihat dari pola makan sang induk sebelum melahirkan.


b.       Periode beranak
Periode beranak merupakan jumlah seekor yang telah melahirkan. Jadi factor periode beranak juga akan menentukan kualitas induk dalam merawat anaknya. Semakin sering induk pernah beranak dan mampu merawat anaknya dengan baik, maka induk tersbut sudah berpengalaman dan natinya dalam merawat anak akan semakin baik. Namun hal tersbut tidat terjadi pada semua induk, pada induk yang kualitasnya memang kuyrang bagus, maka periode beranak tidak dapat dijadikan patokan untuk mengukur tingkat mortalitas anak.  Jadi inti dari periode beranak ialah pengalaman sang induk dalam merawat anaknya.

c.       Kualitas induk secara genetik
Factor genetik merupakan hal selalu ditemui pada setiap ternak. faktor genetik sangat berpengaruh terhadap ternak kualitas itu sendiri, baik produksi ataupun reproduksi. Baik buruknya induk maka akan diturunkan kepada keturunannya baik itu sedikit ataupun banyak. Kualitas genetic dari induk jantan ataupun betina akan diturunkan terhadap anaknya dengan persentase tertentu. Demikian juga halnya dengan sifat induk dalam merawat anaknya. Jika induk memiliki sifat jelek ( dalam merawat anak ) maka hal tersbut akan diturunkan terhadap anaknya.
Kualitas induk ditinjau dari segi genetik juga dapat dilihat dari kualitas system reproduksi (litter size), serta kualitas fisik (tubuh). Salah satu contohnya ialah mammary system induk, yang pastinya dipengaruhi oleh tetuanya. Dengan demikian kualitas genetik juga memegang peran yang sangat penting dalam penetuan daya hidup sang anak. Pada kelinci, kualitas putting juga akan menentukan daya hidup anaknya.


2.    Faktor external
a.       Manajemen pemeliharaaan
Manajemen pemeliharaan merupakan factor yang menentukan kualitas seekor ternak. manajemen pemeliharaan akan menentukan juga hasil dali pemeliharaan seekor ternak. jika manajem dilakukan dengan baik dan benar, maka ternak akan tumbuh dengan baik. Sebaliknya jika manajemen dilakukan dengan sembarangan dan asal-asalan, maka ternak yang dipeliharapun akan menghasilkan kualitas yang kurang baik. Manajemen pemeliharaan ternak kelinci meliputi : Manajemen pakan, Manajemen reproduksi, Manajemen kesehatan, dan Manajemen perkandangan. Seluruh aspek tersebut harus dijalankan dengan baik, guna menghasilkan ternak sesuai dengan yang diharapkan. Seluruh manajemen tersebut saling memiliki keterkaitan, dan harus dilaksanakan secara berkesinambungan ketika melaksanakan budidaya kelinci.
Kelinci merupakan salah satu hewan yang memiliki sensitifitas tinggi, manajemen pemeliharaan akan menentukan kualitas kelinci tersebut. Salah satu contoh manajemen pemeliharaan ialah pakan. Pakan merupakan hal yang sangat riskan bagi kelinci, terutama untuk kelinci yang sedang bunting dan dalam masa laktasi. Pada kelinci bunting dan dalam masa laktasi, pakan harus memiliki kandungan gizi yang sesuai dengan kenutuhan induk kelinci tersbut. Ketersediaan pakan juga harus selalu ada, sebab pakan yang dikonsumsi oleh induk tersebut juga akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Apabila kebutuhan pakan tidak tersukupi, maka nutrient untuk pembentukan susu menjadi tidak ada, dan biasanya induk tersbut enggan untuk menyusui anaknya, dan akibatnya anak kelinci tersebut akan mati. Contoh manajemen pemeliharaan yang lain ialah reproduksi. Dalam menjalankan manajemen reproduksi, seekor induk kelinci haruslah diatur dengan baik, sebab jika reproduksi (perkawinan contohnya) dilakukan dengan sembarangan dan tidak teratur, maka seterusnyapun akan berjalan dengan tidak baik, misalnya induk yang memiliki anak yang belum disapih, kemudian dikawinkan lagi namun dilain sisi anak yang disapih masih belum siap, maka efek yang ditimbulkan ialah anakan tersebut cenderung mudah mati.

b.       Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu habitat/tempat tinggalnya seekor kandang yang mempengaruhi kandang. Lingkungan diidentikan dengan kondisi kandang dan keadaan sekitarnya. Selain itu juga lingkungan juga dapat dikatakan sebagai factor lain yang berasal dari alam, seperti suhu, kelembaban, dan iklim. Dalam pemeliharaan kelinci, lingkungan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Sebab salah-salah kita menentukan kondisi lingkungan kandang, kelinci nantinya akan stress, dan hal tersebut juga termasuk untuk induk. Bagi induk kelinci yang baru melahirkan lingkungan merupakan hal yang sangat sensitive dan akan menetukan kehidupan anaknya. Salah satu contohnya ialah ketenangan lingkungan sekitar. Bagi induk yang baru beranak, lingkungan sekitar harus dalam keadaan nyaman dan tidak ada kegaduhan, sebab jika sekitar jandang gaduh maka induk akan stress, dan tidak mau mensusui anaknya, dan dampaknya ialah anak tersebut mati.
Jadi sebisa mungkin lingkungan sekitar kandang harus dijaga, guna menjaga kenyamanan sang induk. Sebab pada induk yang baru beranak ataupun dalam masa laktasi, kenyamanan merupakan hal yang sangat penting, sebab jika induk tersebut tidak nyaman, maka induk tersbut enggan menyusui anaknya, yang nantinya akan memperbesar risiko kematian. 

                                       


 Uraian diatas merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya mortalitas pada anak kelinci. Kedua faktor tersebut (faktor internal maupun faktor eksternal) harus diperhatikan dengan baik, dan disini peran yang sangat penting dipegang oleh pihak peternak. Peternak harus memperhatikan kondisi kelincinya dengan baik, guna menjaga kedaan kelincinya tersebut. Salah satu permasalahan yang sering ditemui ialah enggannya induk untuk menyusui, jika hal tersebut terjadi maka peternak harus mengatasinya dengan cara memberikan susu buatan yang diberikan menggunakan spuit injeksi, dengan kata lain anakan kelinci tersebut dipisahkan dari induk, metode yang lain ialah mengadopsi anak kelinci tersbut ke induk yang sedang laktasi juga (dititipkan) dengan catatan iduk yang mengadopsi harus dalam kondisi yang baik dan prima.
Jadi seyogyanya sebelum menaggulangi mengapa kematian anak kelinci begitu riskan terjadi, seorang peternak harus mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi dasar terjadinya mortalitas pada awal kelahiran.

Tulisan diatas merupakan materi yang penulis telah pelajari, yang didapatkan dari pengalaman ketika beternak kelinci, juga merupakan pengamatan ketika melaksanakan praktikum manajemen reproduksi ternak :)