PENYEBAB TINGGINYA ANGKA MORTALITAS
PADA ANAK KELINCI UMUR 1 – 7 HARI
Mortalitas merupakan angka kematian yang
terjadi pada makhluk hidup. Mortalitas pada ternak merupakan hal yang biasa
terjadi dan hsl yang perlu ditanggulangi oleh peternak. Pada ternak yang baru
lahir merupakan moment yang paling rentan terjadinya kematian. Oleh karena itu
pada fase awal kelahiran, ternak harus dijaga dan dipelihara dengan sangat
teliti. Selain pada hewan ternak, mortalitas juga dialami oleh semua benda yang
hidup. Contohnya ialah spermatozoa, pada spermatozoa mortalitas juga merupakan
hal yang sangat riskan terjadi. Pada unggas ( ayam broiler ) mortalitas terjadi
di semua fase, baik itu fase stater, grower dan finisher. Sehingga peran peternak
sangatlah diperlukan guna mencegah tingginya mortalitas ayam. Pada umumnya
mortalitas paling tinggi terjadi pada fase awal kelahiran, hal tersebut
dikarenakan pada awal masa kelahiran, ternak cenderung lemah dan memiliki
imunitas yang sangat rendah, sehingga peran induk sangat penting, dan dari
pihak peternak pun harus memperhatikan dengan baik dan benar. Penyebab
tingginya mortalitas pada bebagai ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
itu faktor internal maupun faktor lingkungan. Faktor yang paling bepengaruh
antaralain : kualitas indukan ( mother abillty ), penyakit, dan lingkungan ( suhu/temperatur, kelembaban, dan sirkulasi
udara ). Faktor tersebutlah yang berperan terhadap tingginya angka mortalitas
pada ternak.
Pada kelinci fase yang sangat
riskan ialah pada fase laktasi, yaitu anak kelinci baru lahir sampai umur 2
bulan. Pada fase tersebut kelinci sangat sensitif dan rentan mati. Pada awal
kelahiran, mortalitas dapat mencapai angka 100%. Hal tersebut tentunya
merugikan peternak, sehingga perlu suatu solusi untuk mengatasi hal tersebut,
namun sebelum menanggulanginya perlu pemahaman mengenai faktor yang
mempengaruhi mortalitas anak kelinci tersebut. Beberapa faktor yang membuat
tingginya angka mortalitas anak kelinci, antaralain :
1. Faktor internal
a.
Mother
ability
Mother
ability merupakan suatu sifat induk yang menunjukan sifat keibuan dalam merawat
sang anak. Dikatakan mother ability sebab hal tersebut tidak selalu dimiliki
oleh semua indukan kelinci. Terkadang induk yang telah beranak tidak
memperdulikan anaknya tersbut, sehingga anaknya yang baru lahir cepat mati.
Selain itu jika seekor indukan memiliki sifat mother abilty yang jelek, anaknya
akan terlantar, sehingga perlu juga pengawasan dari sang peternak guna
mempertahankan anak yang diterlantarkan oleh induknya. Mother ability biasanya merupakan
faktor bawaan yang berasal dari induk itu sendiri dan upaya mengatasi tersebut
hanya berupa pencegahan saja. Contohnya ialah optimalisasi pakan induk, dan
sarana pendukung untuk induk ( sarang beranak ). Sehingga induk akan terlatih
untuk menjaga dan merawat anaknya.
Pada
kelinci, mother ability dapat diukur dan diketahui dengan melihat berbagai
indikator, salah satu patokannya ialah bulu yang terdapat dalam sarang, sebab
ketika kelinci akan beranak, induk tersbut akan moulting ( merontokan bulu )
guna melindungi anak yang telah dilahirkannya. Apabila didalam box/sarang
terdapat banyak bulu, maka kemungkinan besar kelinci tersebut memiliki mother
ability yang baik. Selain itu juga dapat dilihat dari pola makan sang induk
sebelum melahirkan.
b.
Periode
beranak
Periode
beranak merupakan jumlah seekor yang telah melahirkan. Jadi factor periode
beranak juga akan menentukan kualitas induk dalam merawat anaknya. Semakin
sering induk pernah beranak dan mampu merawat anaknya dengan baik, maka induk
tersbut sudah berpengalaman dan natinya dalam merawat anak akan semakin baik.
Namun hal tersbut tidat terjadi pada semua induk, pada induk yang kualitasnya
memang kuyrang bagus, maka periode beranak tidak dapat dijadikan patokan untuk
mengukur tingkat mortalitas anak. Jadi
inti dari periode beranak ialah pengalaman sang induk dalam merawat anaknya.
c.
Kualitas
induk secara genetik
Factor genetik
merupakan hal selalu ditemui pada setiap ternak. faktor genetik sangat
berpengaruh terhadap ternak kualitas itu sendiri, baik produksi ataupun
reproduksi. Baik buruknya induk maka akan diturunkan kepada keturunannya baik
itu sedikit ataupun banyak. Kualitas genetic dari induk jantan ataupun betina
akan diturunkan terhadap anaknya dengan persentase tertentu. Demikian juga
halnya dengan sifat induk dalam merawat anaknya. Jika induk memiliki sifat
jelek ( dalam merawat anak ) maka hal tersbut akan diturunkan terhadap anaknya.
Kualitas induk
ditinjau dari segi genetik juga dapat dilihat dari kualitas system reproduksi
(litter size), serta kualitas fisik (tubuh). Salah satu contohnya ialah mammary
system induk, yang pastinya dipengaruhi oleh tetuanya. Dengan demikian kualitas
genetik juga memegang peran yang sangat penting dalam penetuan daya hidup sang
anak. Pada kelinci, kualitas putting juga akan menentukan daya hidup anaknya.
2.
Faktor
external
a.
Manajemen
pemeliharaaan
Manajemen
pemeliharaan merupakan factor yang menentukan kualitas seekor ternak. manajemen
pemeliharaan akan menentukan juga hasil dali pemeliharaan seekor ternak. jika
manajem dilakukan dengan baik dan benar, maka ternak akan tumbuh dengan baik.
Sebaliknya jika manajemen dilakukan dengan sembarangan dan asal-asalan, maka
ternak yang dipeliharapun akan menghasilkan kualitas yang kurang baik.
Manajemen pemeliharaan ternak kelinci meliputi : Manajemen pakan, Manajemen
reproduksi, Manajemen kesehatan, dan Manajemen perkandangan. Seluruh aspek
tersebut harus dijalankan dengan baik, guna menghasilkan ternak sesuai dengan
yang diharapkan. Seluruh manajemen tersebut saling memiliki keterkaitan, dan
harus dilaksanakan secara berkesinambungan ketika melaksanakan budidaya
kelinci.
Kelinci merupakan
salah satu hewan yang memiliki sensitifitas tinggi, manajemen pemeliharaan akan
menentukan kualitas kelinci tersebut. Salah satu contoh manajemen pemeliharaan
ialah pakan. Pakan merupakan hal yang sangat riskan bagi kelinci, terutama
untuk kelinci yang sedang bunting dan dalam masa laktasi. Pada kelinci bunting
dan dalam masa laktasi, pakan harus memiliki kandungan gizi yang sesuai dengan
kenutuhan induk kelinci tersbut. Ketersediaan pakan juga harus selalu ada,
sebab pakan yang dikonsumsi oleh induk tersebut juga akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan anaknya. Apabila kebutuhan pakan tidak tersukupi, maka
nutrient untuk pembentukan susu menjadi tidak ada, dan biasanya induk tersbut
enggan untuk menyusui anaknya, dan akibatnya anak kelinci tersebut akan mati.
Contoh manajemen pemeliharaan yang lain ialah reproduksi. Dalam menjalankan
manajemen reproduksi, seekor induk kelinci haruslah diatur dengan baik, sebab
jika reproduksi (perkawinan contohnya) dilakukan dengan sembarangan dan tidak
teratur, maka seterusnyapun akan berjalan dengan tidak baik, misalnya induk
yang memiliki anak yang belum disapih, kemudian dikawinkan lagi namun dilain
sisi anak yang disapih masih belum siap, maka efek yang ditimbulkan ialah
anakan tersebut cenderung mudah mati.
b.
Lingkungan
Lingkungan
merupakan suatu habitat/tempat tinggalnya seekor kandang yang mempengaruhi
kandang. Lingkungan diidentikan dengan kondisi kandang dan keadaan sekitarnya.
Selain itu juga lingkungan juga dapat dikatakan sebagai factor lain yang
berasal dari alam, seperti suhu, kelembaban, dan iklim. Dalam pemeliharaan
kelinci, lingkungan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Sebab salah-salah kita
menentukan kondisi lingkungan kandang, kelinci nantinya akan stress, dan hal
tersebut juga termasuk untuk induk. Bagi induk kelinci yang baru melahirkan
lingkungan merupakan hal yang sangat sensitive dan akan menetukan kehidupan
anaknya. Salah satu contohnya ialah ketenangan lingkungan sekitar. Bagi induk
yang baru beranak, lingkungan sekitar harus dalam keadaan nyaman dan tidak ada
kegaduhan, sebab jika sekitar jandang gaduh maka induk akan stress, dan tidak
mau mensusui anaknya, dan dampaknya ialah anak tersebut mati.
Jadi sebisa
mungkin lingkungan sekitar kandang harus dijaga, guna menjaga kenyamanan sang
induk. Sebab pada induk yang baru beranak ataupun dalam masa laktasi,
kenyamanan merupakan hal yang sangat penting, sebab jika induk tersebut tidak
nyaman, maka induk tersbut enggan menyusui anaknya, yang nantinya akan
memperbesar risiko kematian.
Uraian diatas merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi tingginya mortalitas pada anak kelinci. Kedua faktor tersebut (faktor
internal maupun faktor eksternal) harus diperhatikan dengan baik, dan disini
peran yang sangat penting dipegang oleh pihak peternak. Peternak harus
memperhatikan kondisi kelincinya dengan baik, guna menjaga kedaan kelincinya
tersebut. Salah satu permasalahan yang sering ditemui ialah enggannya induk
untuk menyusui, jika hal tersebut terjadi maka peternak harus mengatasinya
dengan cara memberikan susu buatan yang diberikan menggunakan spuit injeksi,
dengan kata lain anakan kelinci tersebut dipisahkan dari induk, metode yang
lain ialah mengadopsi anak kelinci tersbut ke induk yang sedang laktasi juga
(dititipkan) dengan catatan iduk yang mengadopsi harus dalam kondisi yang baik
dan prima.
Jadi seyogyanya
sebelum menaggulangi mengapa kematian anak kelinci begitu riskan terjadi,
seorang peternak harus mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi dasar
terjadinya mortalitas pada awal kelahiran.
Tulisan diatas
merupakan materi yang penulis telah pelajari, yang didapatkan dari pengalaman
ketika beternak kelinci, juga merupakan pengamatan ketika melaksanakan praktikum
manajemen reproduksi ternak :)