Mungkin ini adalah
jawaban atas semua pertannyaan yang selama ini terbesit dalam fikiran, impian
dan harapan. Pertanyaan yang entah pada siapa harus saya pertanyakan ataupun
saya kritisi sekalipun. Pola pemikiran dan harapan yang selalu berkembang bagai
bunga yang sedang merekah.
Bukanlah batang yang
harus ia kuatkan, namun lebih ditekankan pada akar dimana sang batang
menaruhkan harapannya. Ya akar itu adalah doa dan keyakinan.
Itulah doa dan
harapan yang selalu saya ucapkan. Sebait puisi yang mungkin mewakilkan angin
pada laut, sehingga terjadilah suatu hubungan timbal balik yang abadi, dan
berhenti pada hari nanti.
PUISI DARI SANG PEMEGANG HATI.
Jika aku mencintaimu kerana kegantengan mu,
Meredupkan pandangan di mataku,
Kemudian aku bertanya pada diriku sendiri,
Saat kegantengan itu memudar ditempuh usia,
Seberapa pudarkah kelak cintaku padamu?
Jika aku mencintaimu kerana keramahanmu,
Memberi kehangatan dalam setiap sapaanmu,
Kemudian aku bertanyakan diri sendiri,
Kiranya keramahan itu tertutup kabut prasangka,
Seberapa mampu cintaku memendam praduga?
Jika aku mencintaimu kerana cerdasnya dirimu,
Membuatku yakin pada setiap pekerjaanmu,
Kemudian aku bertanyakan diri sendiri,
Tika kecerdasan itu hilang meniti usia,
Seberapa bijak cintaku untuk tetap bersamamu?