Haruskah
Kutunggu Sampai Masa Itu?
Pertanyaan
tersebut mencuat dalam hati tatkala saya melihat kegiatan sholat berjamaah di
mesjid dekat kostan, tempat dimana saya mengisi kegiatan selama berproses dalam
bangku perkuliahan. Ketika saya melaksanakan sholat secara berjamaah, timbul
suatu pertanyaan yang mencuat dan ingin
saya lontarkan, entah kepada siapa harus saya lontarkan pertanyaan ini. Ya “haruskah
kutunggu sampai masa itu?”, masa dimana tubuh itu tidak terlalu kokoh lagi,
masa dimana mata tidak lagi telalu jelas melihat, dan masa dimana detak nafas sedikit
tersendat. Masa itu adalah masa tua kita, yang tentunya pasti semua manusia
alami, yaaa tidak begitu lama jika dibandingkan dengan masa kehidupan akhirat
kelak.
Pertanyaan
tersebut terus mencuat dan entah harus kepada siapa saya utarakan, namun ketika
saya berdiam dalam suatu renungan, sayapun bertanya kepada diri saya sendiri “apakah
saya menunggu masa tua untuk menjadi seorang ahli mesjid? Kenapa harus menunggu
masa itu? Apa masa mudamu yang menjadikan kamu malas pergi ke mesjid? Atau
bahkan kesibukanmu sebagai seorang pemuda yang membuat kamu enggan pergi ke
mesjid? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terlontar dari hati ini. Padahal
menurut islam, melaksanakan sholat fardu secara berjamaah dan dilaksanakan di
mesjid itu memiliki derajat sebesar 27, sedangkan jika dilaksanakan sendiri
hanya memiliki 1 derajat. Tapi yaaaa realita sesungguhanya banyak sekali pemuda
yang enggan melaksanakan solat di mesjid secara berjamaah, atau bahkan lebih
parah lagi sebagian pemuda enggan untuk melaksanakan kewajibannya dengan
berbagai alasan. Astagfirullah Haladziim,.
Menurut
Islam amalan manusia yang paling pertama dihisab adalah sholat. Sholat akan
menjadi penolong kita, kelak ketika masa perhitungan tiba. Kadar perbuatan baik
akan dibandingkan dengan kadar perbuatan buruk kita. Oleh karena itu dalam
suatu hadist disebutkan, “berlomba-lombalah kalian dalam berbuat kebaikan”.
Dari sinilah kenapa saya membahas tentang sholat yang dilaksanakan dirumah
ataupun di mesjid. Jika itu memiliki manfaat dan keuntungan yang lebih besar,
mengapa tidak kita untuk pergi ke mesjid dan sholat secara berjamaah?? Karena
walaupun tatacara dan pelaksaanaannya sama, tapi esensinya tentu berbeda, dari
segi pahalapun tentunya sholat berjamaah di mesjid lebih unggul ketimbang
sholat sendiri di rumah. Dengan keunggulan tersebut tentunya akan menjadi
tabungan dan bekal kita untuk menghadapi masa perhitungan kelak.
Sholat
Berjamaah Yang Dilaksanakan Di Mushola Baitul Gufron
Realita
Kejadian Yang Ditemui
Pengamatan
yang saya dapati adalah pengisi dari mesjid itu adalah kaum lansia yang
notabenya lebih dahulu lahir. Dalam suatu kegiatan sholat berjamaah yang
dilaksanakan di mesji-mesjid di sekitar pemikiman penduduk, banyak dari jemaah
adalah orang tua, dan hanya segelintir para pemuda. Bukan karena perbandingan
orang tua lebih banyak dari pemuda, tetapi lebih kepada orientasi dan kesadaran
dari dua golongan beda generasi tersebut.
Pandangan
saya terhadap kedua generasi tersebut adalah perbedaan fokus dalam kegiatan
sehari-hari. Orangtua/lansia cenderung melaksanakan sholat di mesjid dikarenakan
beberapa faktor, antaralain ialah aktifitas yang sudah tidak terlalu
penting/sibuk, pemahaman dan kesadaran tentang kewajiban semakin mendalam,
serta faktor usia yang notabenya tidak banyak lagi (terus berkurang), sehingga
cenderung akan digunakan untuk memeperbanyak ibadah di akhir hayatnya.
Seorang Kakek Yang Sedang Berdoa
Generasi
muda memeiliki orientasi yang tentunya berbeda dengan generasi tua. Para pemuda
cenderung sibuk dengan kegiatannya yang dianggap penting, sehingga sering
melalaikan sholatnya. Selain itu juga ada yang beranggapa bahwa masa muda
adalah masanya mengembangkan diri dan karir. Namun tidak benar jika kedua
alasan tersebut digunakan untuk sebagai alasan yang logis. Sebab pada
hakikatnya sholat merupakan kewajiban dan kebutuhan seluruh umat manusia untuk
mengisi kebutuhan rohani dan jasmaninya. Sebab sholat merupakan cara kita
berkomunikasi dengan sang pencipta. Tanpa itu maka kehidupan akan terasa
hambar, dan khidupan tersebut seakan tidaklah berarti. Dengan melaksanakan
seluruh kewajiaban dan meninggalkan seluruh larangan Allah SWT, maka kita akan
tahu hakikat sesungguhanya kehidupan dunia ini.
Mesjid-mesjid
di perkotaanpun tidaklah jauh berbeda. Cenderung pengisi mesjid tersebut
berasal dari generasi tua dan dapat dikatogorikan sebagai lansia. Bangunan–bangunan
mesjid yang besar dan kokoh kurang begitu menarik minat pemuda untuk
memakburkannya. Dengan ukuran yang begitu besar, shaf yang terisi untuk
sholatpun masih terbatas, dan dapat dihitung dengan jari. Beda halnya dengan
mesjid dalam suatu pusat kegitan yang mesjidnya dapat ramai disambangi oleh
para jemaah yang hendak bermunajah kepada Allah. Namun kita patut bersyukur
dengan perkembangan Islam zaman sekaran. Bangunan-bangunan mesjid besar nan
mewah hampir ditemui diseluruh daerah, tidak terkecuali di daerah pedesaan.
Adzan-adzan akan saling bersahutan dan berkumandang ketika waktu sholat fardu
datang. Kita perlu bersyukur dengan keadaan ini. Hal yang paling mudah kita
lakukan adalah memakburkan mesjid-mesjid tersebut dengan melaksanakan sholat di
mesjid secara berjamaah. Dengan demikian beberapa faedah dapat kita peroleh
bersama-sama.
Jika
ketika muda sudah menjadi seorang ahli ibadah, maka bekal untuk kehidupan
kelakpun akan banyak. Dari segi kematangan emosionalpun ketika sudah tua akan
semakin matang. Dengan menjalankan seluruh perintah Allah SWT, maka ketika
masih berstatus seorang pemuda, akan mematangkan proses dalam pencarian
jatidiri dimasa muda. Dengan kematangan
tersebut, kehidupan dunia ini akan lebih terarah dan insyaallah lebih
baik.
Renungan
Yang
diharapkan adalah kita mampu mengarungi kehidupan dunia ini dengan arah yang
jelas dan lurus. Status bukanlah segalanya, umur setiap detik akan berkurang,
hartapun bukanlah segalanya, semua yang kita miliki adalah sementara, yang
Allah SWT pandang dari kita adalah amal perbuatan kita. Setiap detik hembusan
nafas kita, mudah-mudahan dapat bernilai pahala, setiap ucap bibir kita
hendaknya bernilai manfaat, dan setiap gerak langkah hati dan kaki kita selalu
akan diarahkan ke jalan agama. Tak peduli itu muda, tua, perempuan, laki-laki,
semuanya butuh kemenangan. Kebaikan kita
akan terbentuk oleh hati kita. Manfaatkan waktumu sebagaimana bulan
memanfaatkan waktu malam agar terlihat indah. Ingat lima perkara, sebelum lima
perkara. Ingat tua ketika kau masih muda, manfaatkan masa kuat, masa muda, masa
penuh semangat untuk mengabdi kepada Sang Maha Mencinai. Tak ada kata terlambat
untuk mulai, mari kita kerjakan bersama dan berakhir secara bersama.
“Mudah-mudahan
kita semua selalu Allah SWT beri petunjuk untuk mengarungi samudra kehidupan
ini, apa yang selalu kita kerjakan bernilai ibadah disisi allah, dan seluruh
amalan tersebut diterima sebagai syafaat/penolong kelak untuk menghadapi
kehidupan yang paling abadi, yaitu kehidupan Akherat. Amiien.”