Rabu, 09 Januari 2013

Haruskah Kutunggu Sampai Masa Itu?



Haruskah Kutunggu Sampai Masa Itu?

Pertanyaan tersebut mencuat dalam hati tatkala saya melihat kegiatan sholat berjamaah di mesjid dekat kostan, tempat dimana saya mengisi kegiatan selama berproses dalam bangku perkuliahan. Ketika saya melaksanakan sholat secara berjamaah, timbul suatu pertanyaan yang mencuat  dan ingin saya lontarkan, entah kepada siapa harus saya lontarkan pertanyaan ini. Ya “haruskah kutunggu sampai masa itu?”, masa dimana tubuh itu tidak terlalu kokoh lagi, masa dimana mata tidak lagi telalu jelas melihat, dan masa dimana detak nafas sedikit tersendat. Masa itu adalah masa tua kita, yang tentunya pasti semua manusia alami, yaaa tidak begitu lama jika dibandingkan dengan masa kehidupan akhirat kelak.
Pertanyaan tersebut terus mencuat dan entah harus kepada siapa saya utarakan, namun ketika saya berdiam dalam suatu renungan, sayapun bertanya kepada diri saya sendiri “apakah saya menunggu masa tua untuk menjadi seorang ahli mesjid? Kenapa harus menunggu masa itu? Apa masa mudamu yang menjadikan kamu malas pergi ke mesjid? Atau bahkan kesibukanmu sebagai seorang pemuda yang membuat kamu enggan pergi ke mesjid? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terlontar dari hati ini. Padahal menurut islam, melaksanakan sholat fardu secara berjamaah dan dilaksanakan di mesjid itu memiliki derajat sebesar 27, sedangkan jika dilaksanakan sendiri hanya memiliki 1 derajat. Tapi yaaaa realita sesungguhanya banyak sekali pemuda yang enggan melaksanakan solat di mesjid secara berjamaah, atau bahkan lebih parah lagi sebagian pemuda enggan untuk melaksanakan kewajibannya dengan berbagai alasan. Astagfirullah Haladziim,.
Menurut Islam amalan manusia yang paling pertama dihisab adalah sholat. Sholat akan menjadi penolong kita, kelak ketika masa perhitungan tiba. Kadar perbuatan baik akan dibandingkan dengan kadar perbuatan buruk kita. Oleh karena itu dalam suatu hadist disebutkan, “berlomba-lombalah kalian dalam berbuat kebaikan”. Dari sinilah kenapa saya membahas tentang sholat yang dilaksanakan dirumah ataupun di mesjid. Jika itu memiliki manfaat dan keuntungan yang lebih besar, mengapa tidak kita untuk pergi ke mesjid dan sholat secara berjamaah?? Karena walaupun tatacara dan pelaksaanaannya sama, tapi esensinya tentu berbeda, dari segi pahalapun tentunya sholat berjamaah di mesjid lebih unggul ketimbang sholat sendiri di rumah. Dengan keunggulan tersebut tentunya akan menjadi tabungan dan bekal kita untuk menghadapi masa perhitungan kelak.

Sholat Berjamaah Yang Dilaksanakan Di Mushola Baitul Gufron

Realita Kejadian Yang Ditemui
Pengamatan yang saya dapati adalah pengisi dari mesjid itu adalah kaum lansia yang notabenya lebih dahulu lahir. Dalam suatu kegiatan sholat berjamaah yang dilaksanakan di mesji-mesjid di sekitar pemikiman penduduk, banyak dari jemaah adalah orang tua, dan hanya segelintir para pemuda. Bukan karena perbandingan orang tua lebih banyak dari pemuda, tetapi lebih kepada orientasi dan kesadaran dari dua golongan beda generasi tersebut.
Pandangan saya terhadap kedua generasi tersebut adalah perbedaan fokus dalam kegiatan sehari-hari. Orangtua/lansia cenderung melaksanakan sholat di mesjid dikarenakan beberapa faktor, antaralain ialah aktifitas yang sudah tidak terlalu penting/sibuk, pemahaman dan kesadaran tentang kewajiban semakin mendalam, serta faktor usia yang notabenya tidak banyak lagi (terus berkurang), sehingga cenderung akan digunakan untuk memeperbanyak ibadah di akhir hayatnya.

Seorang Kakek Yang Sedang Berdoa
Generasi muda memeiliki orientasi yang tentunya berbeda dengan generasi tua. Para pemuda cenderung sibuk dengan kegiatannya yang dianggap penting, sehingga sering melalaikan sholatnya. Selain itu juga ada yang beranggapa bahwa masa muda adalah masanya mengembangkan diri dan karir. Namun tidak benar jika kedua alasan tersebut digunakan untuk sebagai alasan yang logis. Sebab pada hakikatnya sholat merupakan kewajiban dan kebutuhan seluruh umat manusia untuk mengisi kebutuhan rohani dan jasmaninya. Sebab sholat merupakan cara kita berkomunikasi dengan sang pencipta. Tanpa itu maka kehidupan akan terasa hambar, dan khidupan tersebut seakan tidaklah berarti. Dengan melaksanakan seluruh kewajiaban dan meninggalkan seluruh larangan Allah SWT, maka kita akan tahu hakikat sesungguhanya kehidupan dunia ini.
Mesjid-mesjid di perkotaanpun tidaklah jauh berbeda. Cenderung pengisi mesjid tersebut berasal dari generasi tua dan dapat dikatogorikan sebagai lansia. Bangunan–bangunan mesjid yang besar dan kokoh kurang begitu menarik minat pemuda untuk memakburkannya. Dengan ukuran yang begitu besar, shaf yang terisi untuk sholatpun masih terbatas, dan dapat dihitung dengan jari. Beda halnya dengan mesjid dalam suatu pusat kegitan yang mesjidnya dapat ramai disambangi oleh para jemaah yang hendak bermunajah kepada Allah. Namun kita patut bersyukur dengan perkembangan Islam zaman sekaran. Bangunan-bangunan mesjid besar nan mewah hampir ditemui diseluruh daerah, tidak terkecuali di daerah pedesaan. Adzan-adzan akan saling bersahutan dan berkumandang ketika waktu sholat fardu datang. Kita perlu bersyukur dengan keadaan ini. Hal yang paling mudah kita lakukan adalah memakburkan mesjid-mesjid tersebut dengan melaksanakan sholat di mesjid secara berjamaah. Dengan demikian beberapa faedah dapat kita peroleh bersama-sama.
Jika ketika muda sudah menjadi seorang ahli ibadah, maka bekal untuk kehidupan kelakpun akan banyak. Dari segi kematangan emosionalpun ketika sudah tua akan semakin matang. Dengan menjalankan seluruh perintah Allah SWT, maka ketika masih berstatus seorang pemuda, akan mematangkan proses dalam pencarian jatidiri dimasa muda. Dengan kematangan  tersebut, kehidupan dunia ini akan lebih terarah dan insyaallah lebih baik.
Renungan
Yang diharapkan adalah kita mampu mengarungi kehidupan dunia ini dengan arah yang jelas dan lurus. Status bukanlah segalanya, umur setiap detik akan berkurang, hartapun bukanlah segalanya, semua yang kita miliki adalah sementara, yang Allah SWT pandang dari kita adalah amal perbuatan kita. Setiap detik hembusan nafas kita, mudah-mudahan dapat bernilai pahala, setiap ucap bibir kita hendaknya bernilai manfaat, dan setiap gerak langkah hati dan kaki kita selalu akan diarahkan ke jalan agama. Tak peduli itu muda, tua, perempuan, laki-laki, semuanya  butuh kemenangan. Kebaikan kita akan terbentuk oleh hati kita. Manfaatkan waktumu sebagaimana bulan memanfaatkan waktu malam agar terlihat indah. Ingat lima perkara, sebelum lima perkara. Ingat tua ketika kau masih muda, manfaatkan masa kuat, masa muda, masa penuh semangat untuk mengabdi kepada Sang Maha Mencinai. Tak ada kata terlambat untuk mulai, mari kita kerjakan bersama dan berakhir secara bersama.

Mudah-mudahan kita semua selalu Allah SWT beri petunjuk untuk mengarungi samudra kehidupan ini, apa yang selalu kita kerjakan bernilai ibadah disisi allah, dan seluruh amalan tersebut diterima sebagai syafaat/penolong kelak untuk menghadapi kehidupan yang paling abadi, yaitu kehidupan Akherat. Amiien.”