Kamis, 18 April 2013



PERBEDAAAN RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN (2010-2014) DENGAN RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN EDISI REVISI 2011

Dwiki Alfikriyadi Lutfi
FAKUTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
Rencana strategis peternakan merupakan suatu program yang dilaksanakan oleh kementrian Pertanian, yang bertujuan untuk mecanangkan/memberikan gambaran hal apasaja yang nantinya akan berguna dalam kemajuan Peternakan Indonesia.  Proses penyusunan renstra diawali dengan penjaringan isu (eksternal dan internal), yang ditenggarai secara langsung akan mempengaruhi pencapaian hasil (outcome) dan keluaran (output) pelaksanaan program dan kegiatan. Tujuan renstra diharapkan esensi dan operasionalisasi program kegiatan yang dicakup didalam renstra dapat bersinergi dengan harapan dan keinginan stakeholders peternakan.

Perubahan isi renstra sendiri bertujuan untuk merevisi/memperbaiki rencana yang sudah dibuat sebelumnya. Unsure perubahan yang mencolok ialah pergantian nama instansi yang sebelumya bernama Direktorat Jenderal Peternakan dibawah pimpinan Dr. Ir. Tjeppy D. Soedjana, Msc, menjadi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dibawah pimpinan Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA tahun 2011.  Dibawah pemimpin dan system yang berbeda, maka prosedur yang berlaku juga berubah yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berlaku saat ini.

Rencana strategis telah memuat bagian-bagian yang saling terkait satu sama lain yang menggambarkan proses penyusunannya.  Renstra lama memuat beberapa prosedur, antaralain : Pendahuluan; Potensi dan permasalahan; Visi, misi, Tujuan, dan Sasaran; Arah, Kebijakan Strategi; Program dan Kegiatan; Indikator Kinerja Program dan Kegiatan.  Namun kini program/prosedurnya telah direvisi menjadi beberapa penambahan dan pengurangan, yaitu : Pendahuluan; Visi, Misi, dan Nilai-nilai; Analisis Lingkungan Strategis (internal maupun eksternal); Tujuan dan Sasaran; dan Berbagai kegiatan menuju swasembada daging sapid an kerbau; Strategi Operasional; Pendanaan; dan Indikator Kinerja Program dan Kegiatan.

Tujuan pembuatan rencana strategis itu sndiri telah berubah, awalnya renstra ditujukan sebagai respon terhadap dinamika lingkungan strategis baik global maupun domestic, serta memperhatikan peternakan sebagai alat managerial untuk memelihara keberlanjutan dan perbaikan keinerja lembaga yang dituangkan dalam enam tujuan pokok renstra.  Kemudian tujuan itu bergeser kearah yang lebih difokuskan untuk merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis sumber daya lokal.

Perubahan/revisi utama yang harus disoroti terletak dibagian program yang akan dilaksanakan.  Pada renstra lama, program diarahkan ke bagian konsep dasar yang akan menunjang renstra itu sendiri.   Renstra lama difokuskan pada hal dasar yang berkaitan dengan pengambangan peternakan.  Bahasan lebih diarahkan pada materi dasar yang dilaksanakan secara runut dan detail.  Seperti permasalahan dibidang perunggasan, persusuan, serta kebijakan import Sapi Potong.  Selain tiu dibahas pula pradigma yang berkaitan dengan keberpihakan, sumberdaya manusia, serta investasi yang dilakukan.  Kemudian focus utama kegiatan diarahkan kepada sumberdaya lokal yang ada, terutama ternak yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Rencana strategis versi terbaru memuat konsep yang lebih aplikatif dan diarahkan kepada suatu kegiatan yang lebih bernilai implementasi dari renstra yang sebelumnya telah dibuat.  Salahsatu contohnya ialah pada aspek penilaian secara SWOT yang dibahas lebih detail dan runut.  Pada aplikasi renstra itu sendiri, kini telah bekerja kearah yang lebih luas cakupannya, sehingga renstra versi terbaru telah bekerjasama dengan berbagai lembaga yang saling berhubungan, seperti: Kemendagri, Perindustrian, Perdagangan, Perhubungan, BUMN, dan lainnya, yang tentunya bertujuan untuk mempermudah jalannya program yang telah dicanangkan dalam rencana strategis itu sendiri.  Berbagai perguruan tinggipun kini telah diikutsertakan untuk menjalankan renstra pengembangan peternakan di Indonesia.

Pada renstra versi baru dan lama masih terdapat beberapa kesamaan, terutama Visai dan Misi.  Hal tersebut tentunya berguna dalam keberlanjutan dan kontinyuitas seluruh program renstra yang sebelumnya telah terprogramkan. Sehingga dapat berjalan secara berkesinambungan dan diharapkan akan terus berdampak positif terhadap perkembangan peternakan di Indosesia.

Rabu, 17 April 2013

SEJARAH MUNCULNYA HMPS RABBIT CONTEST (HRC) 2012



SEJARAH MUNCULNYA
HMPS RABBIT CONTEST (HRC) 2012

Latar Belakang
Kelinci merupakan salahsatu ternak yang memiliki keunikan tersendiri, dengan tingkat produktifitas yang terbilang tinggi tentunya menjadikan kelinci sebagai hewan yang bernilai profit.  Disamping itu, kelinci juga memiliki keunikan pada bentuk tubuh yang relatif enak dipandang,  postur tubuh, gerak-gerik, serta ukuran tubuh, menjadikan kelinci  termasuk ternak yang bernilai estetika/keindahan, sehingga menarik apabila dikonteskan.  Selain itu, jenis kelinci hias yang beragam membuat variasi kelinci untuk kontes semakin menarik.  Daya tarik tersebutlah yang melatarbelakangi adanya kontes kelinci. Selain dijadikan ajang penyaluran minat dan hobi, kelinci juga dapat dijadikan usaha yang bernilai profit dan menguntungkan.  Oleh karena itulah, kontes kelinci juga berguna untuk meningkatkan grade/standar kelinci tertentu.

Asal Mula Berdiri
Pertama kalinya kontes kelinci dilaksanakan atas dasar minat dan tantangan yang dirasakan oleh sekelompok mahasiswa jurusan, yang bernama Himpunan Mahasiswa Program Studi Peternakan (HMPS S1), Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.  Ide mengadakan kontes kelinci tersebut diawali dengan adanya harapan untuk memajukan ternak lokal yang dapat dijadikan stimulus untuk meningkatkan gairah para peternak di daerah Banyumas.  Berbagai jenis ternakpun dirumuskan untuk dikonteskan, termasuk jenis ternak ruminansia dan non ruminansia, namun akhirnya ternak kelici yang dipilih untuk dikonteskan.  Setelah melalui waktu yang cukup panjang, terbentuk konsep real untuk melaksanakan kontes kelinci di sekitar Banyumas.  Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penamaan kontes, yaitu “HMPS Rabbit Contest (HRC)”.
Berbagai persiapan dilakukan dengan matang disertai dengan kinerja yang nyata.  Berbagai permasalahanpun hilir mudik selalu ditemui, mulai dari keterbatasan modal, jenis kelinci yang diperlombakan, serta sistem penjurian yang berlaku.  Tantangan tersebut tidak lantas menjadi penghambat jalanya proses kontes kelinci, justru hal tersebut dijadikan motivasi oleh para panita sebagai tantangan yang harus dibuktikan dengan sebuah raihan kesuksesan. Singkat kata, akhirnya seluruh konsep telah matang dan HRC 2012 siap dilaksanakan dengan megah.

HRC Pertama
Akhirnya untuk pertamakali HRC dilaksanakan di Kampus Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.  Dengan konsep yang natural dan didasarkan pada kearifan lokal, HRC tersebut cukup menjadi daya tarik bagi para pecinta kelinci.  Kontes dilaksanakan di daerah karesidenan Banyumas, mencakup wilayah Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Kebumen, dan Tegal.  Peserta datang dengan penuh semangat dan antusias, hal tersebut dibuktikan dengan tingkat pendaftaran yang cukup tinggi.  Semula pendaftaran ditargetkan 50 ekor kelinci untuk lima kategori, yaitu English Angora, Fuzzy Lop, Rex, Flamish Giant dan Dutch, namun kenyataanya pendaftaran melebihi target yang ditetapkan.  Jumlah peserta yang resmi mengikuti konters sebanyak 68 ekor kelinci.  Hal tersebut menunjukan bahwa antusisme dari peserta cukup tinggi.
Kontes tersebut berjalan dengan lancar, dibuktikan dengan tanggapan positif dari para peserta, bahwa kontes harus dilaksanakan kembali tahun depan.  Hal tersebut disebabkan HRC sendiri memiliki daya tarik yang cukup tinggi, mulai dari hadiah yang diberikan, system penjurian, serta setifikasi yang dapat dijadikan modal bagi peternak tersebut.  Indikator lain untuk menentukan kesuksesan tersebut adalah jumlah penonton yang cukup membludak.  Walapun penjurian dilaksanakan terus menerus, ruang penjurian dan tempat show tidak pernah sepi dari penonton.  Hal tersbut merupakan bukti bahwa HRC tersebut berjalan dengan sukses.
Sejarah tersebut yang melatarbelakangi  pelaksanaan HRC Open 2013 ( Skala Nasional),  yang nantinya akan kembali membawa nama Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman ke kancah Nasonal ataupun Internasional.
“Dwiki Alfikriyadi Lutfi”